Dilema Versus Perasaan
Pernahkah kalian merasakan dilema yang luar biasa karena logika dan perasaan kalian sedang bertempur hebat? dimana masing-masing dari mereka meneriakkan pembenaran serta penghujatan atas dua hal yg berlawanan?
Aku sedang berdiri di depan sebuah pintu dengan cat putih yang mulai mengelupas,pintu itu tampak sederhana, namun aku tahu bahwa apapun yang berada di baliknya tidaklah sesederhana daun pintu yang menyembunyikannya dari pandangan.
Di tanganku tergenggam sebuah kunci.Ya, seseorang dari masa lalu telah memberiku kunci itu dan ia berharap aku mau membuka pintu itu untuk menghadapi apapun yang ada di baliknya,namun aku hanya bisa terdiam dan berfikir keras mengenai apa yang sebaiknya kulakukan dengan kunci itu, karena aku terlalu takut untuk mencari tahu apa yang menungguku di balik pintu itu.
terdiam, aku mengawasi ‘perasaan’ dan ‘logika’ sedang sibuk berdebat seru.
Akhirnya ‘perasaan’ berhasil menyemangatiku untuk memasukkan kunci itu ke lubang kunci dan memutarnya perlahan,namun ketika tanganku telah meraih gagang pintu, tiba-tiba ‘logika’ membentak dan memintaku untuk menjauhi pintu itu.Aku terperanjat dan secara refleks menarik tanganku, beserta kunci dari pintu,ketika rasa terkejut mulai memudar dari dalam diriku, aku perlahan mulai membenarkan apa yang baru saja dikatakan ‘logika’.
Aku pun melangkah mundur dari depan pintu, tapi masih tetap menatap pintu itu dengan penasaran, berharap pintu itu bisa terbuka sendiri dan memperlihatkan isinya tanpa aku harus melangkah melewatinya.
‘logika’ tersenyum penuh kemenangan, tetapi ‘perasaan’ menatapku dengan sedih.
aku menunduk dan tak berani membalas tatapan ‘perasaan’.
Ingatanku kembali pada sebuah peristiwa yang terjadi setahun lalu.Ketika itu aku melakukan sesuatu atas permintaan ‘perasaan’,yang kulakukan ketika itu sungguh menyakiti diriku, namun aku tetap bertahan karena ‘perasaan’ memintaku demikian sambil berlutut dan menangis,selama itu ‘logika’ hanya mengawasi kami dengan ekspresi aneh pada wajahnya.Berulang kali ia berusaha menghentikanku, namun entah mengapa aku menulikan telingaku terhadap seruannya, dan tetap melanjutkan apa yang sedang kulakukan, yaitu menyakiti diriku sendiri.
akhirnya ‘logika’ kehilangan kesabaran,ia menampar pipiku dengan sekuat tenaga, ‘perasaan’ menjerit, dan aku merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat tamparan itu, lebih menyakitkan dibandingkan rasa sakit yang telah kuberikan pada diriku sendiri.Aku jatuh terduduk, terlalu sakit untuk membalas tamparan ‘logika’, juga terlalu lemah untuk kembali melanjutkan apa yang sedang kulakukan sebelumnya.
‘logika’ berteriak marah “kau pikir apa yg sedang kau lakukan?! sampai kapan kau akan menyakiti dirimu sendiri seperti ini?!”
aku mulai menangis sejadi-jadinya.
aku menangisi rasa sakit yang menderaku akibat perbuatanku sendiri, aku menangisi rasa sakit akibat tamparan ‘logika’, aku menangisi ‘perasaan’ yang kini berlutut memelukku sambil tersedu-sedu.
rasa sakit yang diberikan ‘logika’ memang lebih menyiksaku dibandingkan rasa sakit akibat hal yang kulakukan atas permintaan ‘perasaan’, namun menjernihkan pikiranku.
apa yang telah kulakukan?
aku tahu ‘perasaan’ tidak berniat buruk, aku tahu akulah yang sebenarnya bodoh.
aku berdiri, memeluk ‘logika’ dengan penuh terima kasih,rasa sakit yang telah ia berikan akan selalu membekas, sebagai pengingat bahwa aku pernah melakukan tindakan bodoh, dan sekarang lah saatnya bangkit kembali dari rasa sakit yang kualami.
Aku kembali pada masa sekarang, dimana ‘logika’ dan ‘perasaan’ sedang berdiri di sebelah sebuah pintu sederhana dengan cat mengelupas, menatapku dengan ekspresi yang berkebalikan.
‘perasaan’ berkata “tidakkah kau ingin mengetahui apa yang ada di balik pintu ini? mungkin saja di baliknya ada sebuah jalan menuju kebahagiaan yang selalu kau dambakan!”
‘logika’ menggelengkan kepalanya tidak percaya dan membantah “kau gila? kuberitahu kau, apa yang ada di balik pintu ini pernah menyakitimu dengan cara paling menyakitkan yang bisa kaubayangkan! bagaimana kau bisa yakin bahwa hal itu tidak akan menyakitimu lagi? kau tidak boleh membiarkan dirimu merasa sakit, tidak lagi!”
aku menggelengkan kepalaku, berusaha menjernihkan pikiranku.
tanpa sadar, tanganku memainkan kunci tembaga itu,aku betul-betul tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan benda kecil ini.Haruskah kugunakan? atau kubuang saja?
tiba-tiba aku tersentak ‘logika’ menghampiriku dan menarik tanganku menjauhi pintu. “kita pergi saja,” ia berujar tegas, “karena tak ada gunanya tetap di sini.”
langkahku tertahan, mataku menangkap bayangan wajah ‘perasaan’.
wajah itu berkerut menahan tangis, tampak luar biasa pilu.
“tunggulah dulu,” ia berbisik lirih, “tunggulah dulu, jangan pergi, beri ia sedikit kesempatan.”
aku menggelengkan kepala tak mengerti, “siapa?”
‘perasaan’ menatapku lurus-lurus dan berkata, “dia yg memberimu kunci itu.”
“dia?” aku mengulang, “kenapa aku harus menunggunya?”
“ya! kenapa harus menunggunya?” bentak ‘logika’ dengan sengit. “dia takkan datang! dia terlalu pengecut untuk datang!”
bisik ‘perasaan’ sedih, “berilah waktu sedikit lagi, kumohon.”
‘logika’ menarik tanganku namun aku tak bergeming, masih menatap ‘perasaan’. “baiklah,” ujarku tegas, “aku akan memberi sedikit waktu, namun bila ia tak kunjung muncul maka aku akan pergi bersama ‘logika’!”
cerita di atas based on true story, tepatnya cerita di atas lah yang sedang gue alami sekarang, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, gue belom tau gimana kelanjutannya, karena waktu yang gue berikan untuk menunggu ‘dia yang memberikan kunci’ gak tau sampai kapan.
kalo dia muncul, maka gue akan memberi sedikit kesempatan pada ‘perasaan’ tapi kalo dia gak muncul, maka gue akan pergi bersama ‘logika’.
untuk kamu yang mungkin gak akan pernah baca tulisan ini, sejujurnya aku pengen menguji keseriusan niat kamu.Kesempatan buat kita berdua untuk bisa bersama mungkin emang udah hampir menghilang, tapi bukan berarti hilang sama sekali,aku masih menyimpan sedikit harapan, dan kalo aja kamu mau datang untuk memperjuangkan sedikit harapan itu, kita bisa bersama-sama memperbesar kesempatan yang ada.
tapi nampaknya kamu lebih memilih untuk menyerah? berarti memang sedangkal itu keseriusanmu, sungguh mengecewakan, yah pilihan ada di tanganmu, kalo kamu gak muncul sampai kamu masih memikirkan egomu sendiri, aku akan pergi bersama ‘logika’ dan ketika itu terjadi maka kesempatan buat kita berdua untuk bisa bersama akan semakin mendekati titik ketiadaan.
to be continue........
Berikut beberapa tips untuk menyeimbangkan perasaan dan logika :
1. Mencintai Diri Sendiri
Ini adalah fakta, jika kalian bisa mencintai diri sendiri maka kalian bisa mencintai orang lain. Self-esteem atau kepercayaan diri merupakan kunci untuk sebuah hubungan yang sehat. Tidak ada salahnya untuk bermanja-manja dengan kekasih, namun sebagai individu kalian juga harus kuat untuk menjalani setiap bentuk masalah.
2. Saling Berhubungan
Pertama-tama untuk membuat hubungan tetap awet, (dibungkus aje ky mumi biar awet ratusan taun ahahahahah) dua insan harus saling menyukai. Semua cinta dari sebuah hubungan tidak ada yang statis. Jika sobat kalian mencintai dan saling mengerti pikiran satu sama lain dan melakukan hal yang baik, makan hubungan tidak akan menemukan banyak masalah. Oleh sebab itu, kembangkan kepercayaan, rasa hormat dan saling mendukung satu sama lain.
agak sulit si, but apa si yang gak mungkin didunia ini, lo bisa lihat nyokap bokap lo, harmonis kan?? belajar deh dari mereka.
3. Luangkan Waktu Yang Berkualitas
Kebanyakan pasangan kekasih sering menghabiskan waktu bersama di awal mereka pacaran. Namun, seiring berjalannya waktu, kesibukan terus bertambah. Saat hal tersebut terjadi, bicarakan bersama dan buat daftar prioritas, sehingga masih bisa saling meluangkan waktu bersama. Sedikitnya waktu untuk bersama, bisa membuat satu sama lain menjadi jauh.
4. Komunikasi
Komunikasi adalah inti dari setiap hubungan, apalagi dalam hubungan percintaan. Melalui komunikasi kalian dapat memeberitahu pasangan apa yang kalian pikirkan dan inginkan. Saling berkomunikasi juga membuat hubungan semakin kuat karena ada ikatan intelektual. Oleh sebab itu, penting untuk mengatakan hal-hal secara terbuka dan jujur. Komunikasi yang baik juga mencakup dapat mendengarkan pasangan dengan sabar.
jangan ada yg ditutup tutupin, kalo dari awal kenalan aja kalian udah bohong, gue yakin endingnya gak bakal bagus, maksud gue gini, kalo emang kalian gak mau serius ya bilang dari awal, jangan pas udah puas baru ditinggalin.cintanya ibarat permen karet gitu.
0 komentar:
Posting Komentar